Sunday, November 21, 2010

Kohesivitas Kelompok

Menurut Suryabrata (2007) ciri-ciri kohesivitas kelompok dapat dilihat dari:
setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama, setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan, kelompok mengambil keputusan secara efektif.

Menurut McDougall (dalam Sarwono, 2005) kohesivitas dalam kelompok dapat dipengaruhi oleh: kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut dalam waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi kebiasaan dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya), pengetahuan tentang kelompok, keterikatan (attachment) kepada kelompok.

Kohesivitas

Sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam satu kelompok mungkin dimulai dari sekumpulan orang asing yang tidak saling mengenal, tetapi seiring waktu, secara tiba-tiba kelompok tersebut memberikan sebuah kohesifitas sehingga anggota-anggotanya menjadi sebuah kelompok sosial yang erat.

Secara intuitif kita dapat membedakan antara kelompok yang kohesif dan kelompok yang tidak kohesif. Kelompok yang kohesif merupakan satu kesatuan. Anggota-anggotanya menikmati interaksi antar mereka, dan mereka tetap bersatu dan bertahan dalam waktu yang lama.

Festinger mendefinisikan kohesivitas sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back, 1950, p.164). Konsep ini menggambarkan konsep kohesivitas secara fisik, dimana didefinisikan sebagai kekuatan dari “daya tarik molekul” yang menjaga agar partikel-partikel tetap bersatu. Aplikasinya pada sebuah kelompok, kohesivitas adalah kekuatan dari pemersatu yang menghubungkan anggota kelompok secara individual dengan anggota yang lain dalam satu kelompok secara keseluruhan.

Kohesivitas adalah sebuah kesatuan kelompok. kohesivitas diartikan sebagai perasaan kuat dari sebuah keberadaan komunitas yang terintregasi – akan lebih efektif dalam kelompok, lebih bersemangat, dalam menghadapi masalah-masalah sosial maupun interpersonal.

Kohesivitas merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Pada level individu, anggota dalam kelompok yang kohesif saling menyukai satu sama lain. Contohnya, pada para pegawai di studio Disney, anggota-anggota kelompok tersebut menjadi teman dekat, dalam beberapa waktu kemudian mereka mendapatkan beberapa koneksi di luar kelompok mereka. Dalam level kelompok, anggota-anggota kelompok tertarik pada kelompok itu sendiri. Anggota kelompok mungkin bukan merupakan teman, tetapi mereka mempunyai pandangan positif terhadap kelompoknya.

Michael Hogg membedakan antara ketertarikan personal dan ketertarikan sosial. Jika antar anggota menyukai satu sama lain, maka disebut sebagai ketertarikan personal, bukan kohesivitas kelompok. Sedangkan, kohesivitas kelompok mengarah pada ketertarikan sosial, yaitu saling menyukai antar anggota dalam satu kelompok berdasar pada status sebagai anggota kelompok tersebut

Kohesivitas adalah teamwork. Banyak teori menyatakan bahwa kohesi harus dilakukan bersama dengan keinginan para anggotanya untuk bekerja sama mencapai tujuan. Sehingga, kelompok yang dikatakan kohesif ditandai dengan considerable interdependence of members, stabilitas antar anggota kelompok, perasaan bertanggung jawab dari hasil usaha kelompok, absent yang berkurang, dan tahan terhadap gangguan (Widmeyer, Brawley, & Carron, 1992).

Sunday, November 14, 2010

Bagaimanakah cara mengatasi Group think ?

Cara mengatasi groupthink menurut Janis adalah

  • Pemimpin kelompok menangguhkan penilaian, 
  • mendorong munculnya berbagai kritik atas program atau keputusan yang diusulkan, 
  • mengundang ahli-ahli dari kelompok luar, 
  • menugaskan satu atau dua orang anggota untuk menjadi devil’s advocate guna menentang pendapat mayoritas (sekalipun mereka sebenarnya setuju dengan pendapat itu), 
  • dan kelompok harus membuat keputusan-keputusan secara bertahap, tidak sekaligus.

Terjadinya Groupthink

Faktor utama terjadinya groupthink adalah Concurrent Seeking Behavior yang dimana perilaku kecenderungan saling ketergantungan dan kesepakatan bersama untuk bersatu dalam memecahkan masalah dalam kelompok.

Perilaku ini muncul dipengaruhi variabel kelompok kohesif, struktur kelompok yang jelek dan konteks provokatif. Ketiga variabel inilah yang mempengaruhi kelompok untuk cenderung menggunakan groupthink dalam pemecahan masalah.

Groupthink adalah situasi di mana perilaku concurrent seeking cenderung muncul sebelum pendefinisian masalah dan solusi dibuat secara baik. Kecenderungan munculnya perilaku tersebut dalam situasi menghadapi masalah, disebabkan adanya stress dan kecemasan.

Stres dan kecemasan akan ketidakmampuan dan ketidakpercayaan diri mengahdapi masalah menyebakan kelompok cenderung menghindari dan lari dari masalah. Kepercayaan diri yang berlebihan menyebabkan kecenderungan mengambil resiko yang terlalu besar yang tidak sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh organisasi dari keputusan yang tidak rasional.

Groupthink

Groupthink menurut Irvings Janis (1972) adalah istilah untuk keadaan ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai moral.

Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu berpengaruh dalam kelompok yang irrasional tapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang bertentangan diluar kelompok. Kelompok yang terkena sindrom groupthink biasanya adalah kelompok yang anggota-anggotanya memiliki background yang sama, terasing (tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak ada aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.

Singkatnya tentang groupthink, terjadi manakala ada semacam konvergenitas pikiran, rasa, visi, dan nilai-nilai di dalam sebuah kelompok menjadi sebuah entitas kepentingan kelompok, dan orang-orang yg berada dalam kelompok itu dilihat tidak sebagai individu, tetapi sebagai representasi dari kelompoknya. Apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan adalah kesepakatan satu kelompok. 

Tidak sedikit keputusan-keputusan yang dibuat secara groupthink itu yang berlawanan dengan hati nurani anggotanya, maupun orang lain di luarnya. Namun mengingat itu kepentingan kelompok, maka mau tidak mau semua anggota kelompok harus kompak mengikuti arah yang sama agar tercapai suatu kesepakatan bersama.

sumber: afrilwibisono.wordpress.com

Penyebab dari Deindividuasi

Penyebab penyebab dari deindividuasi adalah

  1. Rendahnya Identiafibilitas seseorang
  2. Rasa keanggotaan dalam kelompok : Rasa kenaggotaan kelompok menjadi factor yang menyebabkan terjadinya Deindividuasi, ini dikarenakan Rasa kenaggotaanyang kurang didalamnya.
  3. Ukuran kelompok : Ukuran kelompok disini dimaksudkan semakinbesar ukuran dari sebuah kelompok tertentu makan akan semakin besar kemungkinan terjadinya deindividuasi didalamnya.
  4. Kebangkitan Personil : Setiap individu didalam kelompok harus mempunyai ikatan yang sama kuat antara yang satu dan yang lainnya. Karena merupakan fondasi yag penting untuk Kebangkitan antar anggotanya yang akan semakin menjauhkan kelompok tersebut dari terjadinya Deindviduasi.

Deindividuasi

Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu ( Festinger, Pepitone& newcomb, 1952).
 
Deindividuasi merupakan proses hilangnya kesadaran individu karena melebur didalam kelompok → pikiran kolektif.

Perspektif Teoritis

Teori Perilaku Kolektif
Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga bukan kelompok sebenarnya
Tipe kolektif:
  •  Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
  •  Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb
Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.


Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.

Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

Thursday, November 4, 2010

Performing: Bekerja Bersama dalam Kelompok

Performing. Tahapan ini merupakan titik kulminasi dimana Kelompok sudah berhasil membangun system yang memungkinkannya untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan kelompok akan terlihat dari prestasi/ kinerja yang ditunjukkan.

Penelitian Robert Zajonc:
Respon dominan : fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai Respon nondominan :fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai

Penyebab fasilitasi sosial:
  • adanya dorongan 
  • kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
  • distraksi (perhatian yang terpecah)
Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi

Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
  • jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
  • jenis-jenis hasil yang diinginkan
  • prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan
Memprediksi Performance Kelompok Klasifikasi tugas penting karena:
tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses

Norming : Pembentukan Struktur kelompok

Tahapan Norming : Pembentukan Struktur Kelompok

Adapun Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.

Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Ada definisi-definisi lainnya, yaitu :
  1. Peran (role), adalah fungsi-fungsi yang ditampilkan seseorang yang mengemban posisi tertentu di dalam konteks tertentu.
  2. Harapan akan peran : asumsi tentang perilaku seseorang yang menjalankan peran tertentu
  3. Diferensiasi peran : proses muncul dan berkembangnya bermacam-macam peran melaluli perjalanan interaksi kelompok  (Forsyth, 1983).

Perbedaan peran :
  • Task roles → tugas, setiap individu tahu tugasnya masing-masing.
  • Socioemotional roles → sosioemosi yang memepengaruhi sosial emosi pada seseorang.

Teori 3 dimensi peran :
  • dominance – submission
  • friendly – unfriendly
  • instrumentally controlled – emotionally eupressive

Konflik peran :
  •  interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
  •  intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
Norma (norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan-
tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok. Dengan berkembangnya norma, memungkinkan anggota kelompok membedakan status dan hirarki otoritas anggota-anggota kelompok. Kecenderungan untuk mengorganisasikan berdasarkan perbedaan status ini dapat berbeda-beda antara organisasi yang satu dengan yang lainnya.

Hubungan antar anggota
→ otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi

Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005

Wednesday, October 27, 2010

Tahap-tahap Perkembangan kearah terjadinya Konflik

Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik 

Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
 
Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
 
Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
 
Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
 
Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
 
Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.

sumber: (Wijono, 1993, 38-41).

Teori Pertukaran Sosial dalam Kelompok

Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)

Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi.Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia tersebut terhadap:
  • Keseimbangan antara apa yang di berikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu.
  • Jenis hubungan yang dilakukan.
  • Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut. Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi sosial.

Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apa pun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.

Proses Pembentukan Kelompok

Tahap-tahap Pembentukan Kelompok
Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada 1965. Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan. Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari awal pembentukan kelompok hingga proyek selesai. Selanjutnya Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu adjourning dan transforming untuk melengkapi teori ini. 

Tahap 1 Forming 
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
 
Tahap 2 Storming
Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus merka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek pada tahap ini. Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bias saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada

Tahap 3 Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelmpok.

Tahap 4 Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi. Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil oleh kelompok.
 
Tahap 5 Adjourning dan Transforming
Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan (transforming). Misalnya jika ada review mengenai goal ataupun ada perubahan anggota kelompok. 

Keunggulan dari teori ini adalah menjadi suatu pedoman dalam pembentukan suatu kelompok. 
Sementara itu keterbatasannya antara lain : 
  • Model ini didesain untuk menjelaskan tahap -tahap yang terjadi pada kelompok dengan ukuran kecil Pada kenyataannya, proses kelompok tidak linear seperti penjelasan pada teori Tuckman, namun lebih bersifat siklus. 
  • Karakteristik tiap tahap tidak selalu saklek seperti itu. Karena model ini berkaitan dengan perilaku manusia, maka kadang tidak jelas ketika sebuah kelompok berpindah dari satu tah ap ke tahap lainnya. Mungkin saja terjadi tumpang tindih antar tahap tersebut. 
  • Model ini tidak memperhitungkan peranan yang harus diambil individu dalam kelompok Tidak ada pedoman mengenai jangka waktu mengenai perpindahan dari satu tahap ke tahap lainnya.

Penyebab Konflik

Apa saja sih penyebab terjadinya Konflik tersebut ?

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.  
Setiap manusia adalah individu yang unik. Setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. 
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
 
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
 
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. 
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. 

Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
 
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.  
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perubahan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

KOnflik

Kita sering mendengar diberita-berita, koran, majalah, dsb, tentang terjadinya konflik diberbagai macam daerah, baik antar suku maupun kelompok tertentu. kenapa sih hal tersebut bisa terjadi? dan sebenarnya apa sih itu konflik? nah sekarang saatnya kita membahas paa sih itu Konflik.

Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Menurut Beberapa pandangan ahli Konflik adalah
  1. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
  2. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
  3. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).

Sunday, October 24, 2010

Bagaimanakah Kondisi Psikologis Individu dalam Massa

Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa.  Dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan pikiran kesatuan jiwa.

Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berpikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan (feeling) dan dalam perbuatan yang tampak (overt behaviour).

Dalam massa biasanya mereka kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan irasional, 
Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi

Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan: 
Agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai.

Jenis-jenis Massa

Jenis-Jenis massa antara lain

Khalayak penonton atau pendengar yang formal (Formal audiences)
Merupakan Massa yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif, contohnya menonton film.

Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (Planned Expressive Group)
Massa yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktifitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contoh orang yang berpesta, berdansa, dsb.

Massa yang bersifat sementara (Casual mass)
Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations)
Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang. Contoh; orang-orang yang antri karcis, orang-orang yng menunggu bis dan sebagainya.

Massa orang yang sedang dalam keadaan panik (panic mass)
Yaitu orang-orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.

Massa penonton (spectator mass)
Karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Massa semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi bedanya adalah bahwa massa penonton tidak direncanakan, sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.

Massa yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
  • Massa yang bertindak emosional.
  • Massa yang bersifat imoral.

Wednesday, October 20, 2010

Massa Abstrak dan Massa Konkrit

Mennicke (1948) membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit.

Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir.  

Massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
  • Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
  • Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.
  • Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu.

Antara massa abstrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas.

Apa itu Psikologi Massa ??

Manusia merupakan makhluk sosial yang pada suatu waktu juga berhubungan dengan manusia lain, terkadang juga tergabung dalam suatu kelompok baik kelompok kumpulan orang-orang yang cukup besar maupun dalam suatu massa.

Massa (mass) atau crowd adalah suatu bentuk kumpulan  individu-individu, dalam kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi dan dalam kumpulan tersebut tidak terdapat adanya struktur dan pada umumnya massa berjumlah orang banyak dan berlangsung lama.

Psikologi massa mempelajari mengenai perilaku kelompok, dimana anggota kelompok merasa nyaman dengan anggota lain ketika melakukan pekerjaan bersama-sama. Individu memang cenderung merasa nyaman ketika melakukan hal bersama-sama karena mereka merasakan ada pihak lain yang turut terlibat dan merasakan hal yang sama. Selain itu jika mengerjakan suatu pekerjaan dalam kelompok maka pekerjaan tersebut akan lebih cepat selesai, mereka bisa saling tolong-menolong serta dapat saling berbagi (sharing) antar anggota kelompok.

Menurut beberapa para ahli pengerti massa adalah :

Massa menurut Gustave Le Bon
(yang dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi massa) bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan yang sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan sepak bola, orang melihat bioskol\p dan lain sebagainya (Lih, Gerungan 1900).

Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain shingga ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit.
 
Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif.

Wednesday, October 13, 2010

Ketertarikan Interpersonal dalam Kelompok

Teori 3 dimensi hubungan interpersonal dari William C Schultz, yaitu :
Need Of Inclusion (perasaan sebagai anggota dari suatu kelompok)
  • Undersocial
  •  Social
  •  Oversocial
Need Of Control
  •  Abdicat
  •  Democrat
  •  Autocrat
Need Of Affection
  •  Underpersonal
  •  Personal
  •  Overpersonal

Ada yang menyebabkan seseorang mempunyai ketertarikan didalam sebuah kelompok. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
  • Daya Tarik Fisik
  • Kedekatan : dekat dalam lingkungan misalnya tetangga
  • Merasa Dekat atau familiar: adanya rasa familiar
  • Kemiripan
  • Sosial Reward : Seseorang cenderung mengulangi tingkah lakunya bila menimbulkan keuntungan atua mendapatkan penghargaan.

Jenis-jenis Kelompok (part III)

Massa
Unsur-unsur yang menyangkut massa :
  • kehadiran orang secara fisik
  • Bersifat sementara (temporer)
  • Tidak terorganisasi
  • Identitas sosial tidak dipermasalahkan
  • Kumpulan beberapa orang yang mempunyai tujuan yang sama
Cara membubarkan massa:
  1. Diperlukan usaha-usaha mengalihkan pusat perhatian
  2. Dengan cara menakuti mereka

Menurut Kingsley Davis sering dikatakan bahwa massa timbul dalam celah-celah organisasi sosial suatu masyarakat. Dengan demikian secara garis besar dapat dibedakan menjadi :
Massa yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat, timbul dengan sendirinya tanpa diduga sebelumnya

Pembedaan antara massa yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi.
 Massa Berartikulasi dengan struktur Sosial
  • Formal audience
  • Mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan
  • Bersifat pasif
  • Planned Expressive Group
  • Pusat perhatian tidak begitu penting, tetapi ada persamaan tujuan
  • Menghasilkan kepuasan
  • Berfungsi sebagi penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari (reaksi)
Massa yang bersifat Sementara (Cassual Crowds)
  • Kumpulan yang Kurang menyenangkan ( inconvenient aggregations)
  • Antar individu saling menghalangi tercapainya suatu tujuan
  • Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik ( panic crowds )
  • Dorongan dalam diri individu dalam massa mempunyai kecenderungan yang mempertinggi rasa panic
  • Massa Penonton ( Spectators Crowds )
  • Tidak direncanakan dan kegiatan-kegiatannya pada umumnya tidak terkendalikan.
Massa yang berlawanan dengan Norma-norma Hukum (Lawless Crowds)
  • Massa yang bertindak emosional ( Acting Mobs )
  • Berusaha mencapai tujuan dengan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
  • Massa yang bersifat Immoral ( Immoral Crowds )
  • Hampir sama dengan kelompok ekspresif, bedanya : massa immoral bertentangan dengan norma-norma masyarakat
  • Bentuk-bentuk umum seperti diatas tidaklah lengkap dan sempurna. Lagi pula, suatu massamungkin mempunyai ciri-ciri dari beberapa bentuk massa.

Jenis-jenis Kelompok (part II)

Organisasi
Organisasi merupakan suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya,sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut para ahli Organisasi mempunyai pengertian:
  • Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama . 
  • James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama . (organizational studies).
  • Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
  • Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
     
Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi yang baik seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

Bentuk-bentuk organisasi:
  • Organisasi Politik
  • Organisasi Sosial
  • Organisasi mahasiswa
  • Organisasi Olahraga
  • Organisasi sekolah