Menurut Suryabrata (2007) ciri-ciri kohesivitas kelompok dapat dilihat dari:
setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama, setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan, kelompok mengambil keputusan secara efektif.
Menurut McDougall (dalam Sarwono, 2005) kohesivitas dalam kelompok dapat dipengaruhi oleh: kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut dalam waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi kebiasaan dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya), pengetahuan tentang kelompok, keterikatan (attachment) kepada kelompok.
Blog ini khusus untuk ngebahas semua hal yang berbau tentang kampus dan mata kuliah yang aku pelajari,,
Sunday, November 21, 2010
Kohesivitas
Sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam satu kelompok mungkin dimulai dari sekumpulan orang asing yang tidak saling mengenal, tetapi seiring waktu, secara tiba-tiba kelompok tersebut memberikan sebuah kohesifitas sehingga anggota-anggotanya menjadi sebuah kelompok sosial yang erat.
Secara intuitif kita dapat membedakan antara kelompok yang kohesif dan kelompok yang tidak kohesif. Kelompok yang kohesif merupakan satu kesatuan. Anggota-anggotanya menikmati interaksi antar mereka, dan mereka tetap bersatu dan bertahan dalam waktu yang lama.
Festinger mendefinisikan kohesivitas sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back, 1950, p.164). Konsep ini menggambarkan konsep kohesivitas secara fisik, dimana didefinisikan sebagai kekuatan dari “daya tarik molekul” yang menjaga agar partikel-partikel tetap bersatu. Aplikasinya pada sebuah kelompok, kohesivitas adalah kekuatan dari pemersatu yang menghubungkan anggota kelompok secara individual dengan anggota yang lain dalam satu kelompok secara keseluruhan.
Kohesivitas adalah sebuah kesatuan kelompok. kohesivitas diartikan sebagai perasaan kuat dari sebuah keberadaan komunitas yang terintregasi – akan lebih efektif dalam kelompok, lebih bersemangat, dalam menghadapi masalah-masalah sosial maupun interpersonal.
Kohesivitas merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Pada level individu, anggota dalam kelompok yang kohesif saling menyukai satu sama lain. Contohnya, pada para pegawai di studio Disney, anggota-anggota kelompok tersebut menjadi teman dekat, dalam beberapa waktu kemudian mereka mendapatkan beberapa koneksi di luar kelompok mereka. Dalam level kelompok, anggota-anggota kelompok tertarik pada kelompok itu sendiri. Anggota kelompok mungkin bukan merupakan teman, tetapi mereka mempunyai pandangan positif terhadap kelompoknya.
Michael Hogg membedakan antara ketertarikan personal dan ketertarikan sosial. Jika antar anggota menyukai satu sama lain, maka disebut sebagai ketertarikan personal, bukan kohesivitas kelompok. Sedangkan, kohesivitas kelompok mengarah pada ketertarikan sosial, yaitu saling menyukai antar anggota dalam satu kelompok berdasar pada status sebagai anggota kelompok tersebut
Kohesivitas adalah teamwork. Banyak teori menyatakan bahwa kohesi harus dilakukan bersama dengan keinginan para anggotanya untuk bekerja sama mencapai tujuan. Sehingga, kelompok yang dikatakan kohesif ditandai dengan considerable interdependence of members, stabilitas antar anggota kelompok, perasaan bertanggung jawab dari hasil usaha kelompok, absent yang berkurang, dan tahan terhadap gangguan (Widmeyer, Brawley, & Carron, 1992).
Secara intuitif kita dapat membedakan antara kelompok yang kohesif dan kelompok yang tidak kohesif. Kelompok yang kohesif merupakan satu kesatuan. Anggota-anggotanya menikmati interaksi antar mereka, dan mereka tetap bersatu dan bertahan dalam waktu yang lama.
Festinger mendefinisikan kohesivitas sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back, 1950, p.164). Konsep ini menggambarkan konsep kohesivitas secara fisik, dimana didefinisikan sebagai kekuatan dari “daya tarik molekul” yang menjaga agar partikel-partikel tetap bersatu. Aplikasinya pada sebuah kelompok, kohesivitas adalah kekuatan dari pemersatu yang menghubungkan anggota kelompok secara individual dengan anggota yang lain dalam satu kelompok secara keseluruhan.
Kohesivitas adalah sebuah kesatuan kelompok. kohesivitas diartikan sebagai perasaan kuat dari sebuah keberadaan komunitas yang terintregasi – akan lebih efektif dalam kelompok, lebih bersemangat, dalam menghadapi masalah-masalah sosial maupun interpersonal.
Kohesivitas merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Pada level individu, anggota dalam kelompok yang kohesif saling menyukai satu sama lain. Contohnya, pada para pegawai di studio Disney, anggota-anggota kelompok tersebut menjadi teman dekat, dalam beberapa waktu kemudian mereka mendapatkan beberapa koneksi di luar kelompok mereka. Dalam level kelompok, anggota-anggota kelompok tertarik pada kelompok itu sendiri. Anggota kelompok mungkin bukan merupakan teman, tetapi mereka mempunyai pandangan positif terhadap kelompoknya.
Michael Hogg membedakan antara ketertarikan personal dan ketertarikan sosial. Jika antar anggota menyukai satu sama lain, maka disebut sebagai ketertarikan personal, bukan kohesivitas kelompok. Sedangkan, kohesivitas kelompok mengarah pada ketertarikan sosial, yaitu saling menyukai antar anggota dalam satu kelompok berdasar pada status sebagai anggota kelompok tersebut
Kohesivitas adalah teamwork. Banyak teori menyatakan bahwa kohesi harus dilakukan bersama dengan keinginan para anggotanya untuk bekerja sama mencapai tujuan. Sehingga, kelompok yang dikatakan kohesif ditandai dengan considerable interdependence of members, stabilitas antar anggota kelompok, perasaan bertanggung jawab dari hasil usaha kelompok, absent yang berkurang, dan tahan terhadap gangguan (Widmeyer, Brawley, & Carron, 1992).
Sunday, November 14, 2010
Bagaimanakah cara mengatasi Group think ?
Cara mengatasi groupthink menurut Janis adalah
- Pemimpin kelompok menangguhkan penilaian,
- mendorong munculnya berbagai kritik atas program atau keputusan yang diusulkan,
- mengundang ahli-ahli dari kelompok luar,
- menugaskan satu atau dua orang anggota untuk menjadi devil’s advocate guna menentang pendapat mayoritas (sekalipun mereka sebenarnya setuju dengan pendapat itu),
- dan kelompok harus membuat keputusan-keputusan secara bertahap, tidak sekaligus.
Terjadinya Groupthink
Faktor utama terjadinya groupthink adalah Concurrent Seeking Behavior yang dimana perilaku kecenderungan saling ketergantungan dan kesepakatan bersama untuk bersatu dalam memecahkan masalah dalam kelompok.
Perilaku ini muncul dipengaruhi variabel kelompok kohesif, struktur kelompok yang jelek dan konteks provokatif. Ketiga variabel inilah yang mempengaruhi kelompok untuk cenderung menggunakan groupthink dalam pemecahan masalah.
Groupthink adalah situasi di mana perilaku concurrent seeking cenderung muncul sebelum pendefinisian masalah dan solusi dibuat secara baik. Kecenderungan munculnya perilaku tersebut dalam situasi menghadapi masalah, disebabkan adanya stress dan kecemasan.
Stres dan kecemasan akan ketidakmampuan dan ketidakpercayaan diri mengahdapi masalah menyebakan kelompok cenderung menghindari dan lari dari masalah. Kepercayaan diri yang berlebihan menyebabkan kecenderungan mengambil resiko yang terlalu besar yang tidak sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh organisasi dari keputusan yang tidak rasional.
Perilaku ini muncul dipengaruhi variabel kelompok kohesif, struktur kelompok yang jelek dan konteks provokatif. Ketiga variabel inilah yang mempengaruhi kelompok untuk cenderung menggunakan groupthink dalam pemecahan masalah.
Groupthink adalah situasi di mana perilaku concurrent seeking cenderung muncul sebelum pendefinisian masalah dan solusi dibuat secara baik. Kecenderungan munculnya perilaku tersebut dalam situasi menghadapi masalah, disebabkan adanya stress dan kecemasan.
Stres dan kecemasan akan ketidakmampuan dan ketidakpercayaan diri mengahdapi masalah menyebakan kelompok cenderung menghindari dan lari dari masalah. Kepercayaan diri yang berlebihan menyebabkan kecenderungan mengambil resiko yang terlalu besar yang tidak sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh organisasi dari keputusan yang tidak rasional.
Groupthink
Groupthink menurut Irvings Janis (1972) adalah istilah untuk keadaan ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai moral.
Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu berpengaruh dalam kelompok yang irrasional tapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang bertentangan diluar kelompok. Kelompok yang terkena sindrom groupthink biasanya adalah kelompok yang anggota-anggotanya memiliki background yang sama, terasing (tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak ada aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.
Singkatnya tentang groupthink, terjadi manakala ada semacam konvergenitas pikiran, rasa, visi, dan nilai-nilai di dalam sebuah kelompok menjadi sebuah entitas kepentingan kelompok, dan orang-orang yg berada dalam kelompok itu dilihat tidak sebagai individu, tetapi sebagai representasi dari kelompoknya. Apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan adalah kesepakatan satu kelompok.
Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu berpengaruh dalam kelompok yang irrasional tapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang bertentangan diluar kelompok. Kelompok yang terkena sindrom groupthink biasanya adalah kelompok yang anggota-anggotanya memiliki background yang sama, terasing (tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak ada aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.
Singkatnya tentang groupthink, terjadi manakala ada semacam konvergenitas pikiran, rasa, visi, dan nilai-nilai di dalam sebuah kelompok menjadi sebuah entitas kepentingan kelompok, dan orang-orang yg berada dalam kelompok itu dilihat tidak sebagai individu, tetapi sebagai representasi dari kelompoknya. Apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan adalah kesepakatan satu kelompok.
Tidak sedikit keputusan-keputusan yang dibuat secara groupthink itu yang berlawanan dengan hati nurani anggotanya, maupun orang lain di luarnya. Namun mengingat itu kepentingan kelompok, maka mau tidak mau semua anggota kelompok harus kompak mengikuti arah yang sama agar tercapai suatu kesepakatan bersama.
Penyebab dari Deindividuasi
Penyebab penyebab dari deindividuasi adalah
- Rendahnya Identiafibilitas seseorang
- Rasa keanggotaan dalam kelompok : Rasa kenaggotaan kelompok menjadi factor yang menyebabkan terjadinya Deindividuasi, ini dikarenakan Rasa kenaggotaanyang kurang didalamnya.
- Ukuran kelompok : Ukuran kelompok disini dimaksudkan semakinbesar ukuran dari sebuah kelompok tertentu makan akan semakin besar kemungkinan terjadinya deindividuasi didalamnya.
- Kebangkitan Personil : Setiap individu didalam kelompok harus mempunyai ikatan yang sama kuat antara yang satu dan yang lainnya. Karena merupakan fondasi yag penting untuk Kebangkitan antar anggotanya yang akan semakin menjauhkan kelompok tersebut dari terjadinya Deindviduasi.
Deindividuasi
Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu ( Festinger, Pepitone& newcomb, 1952).
Deindividuasi merupakan proses hilangnya kesadaran individu karena melebur didalam kelompok → pikiran kolektif.
Perspektif Teoritis
Teori Perilaku Kolektif
Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga bukan kelompok sebenarnya
Tipe kolektif:
- Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
- Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.
Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.
Thursday, November 4, 2010
Performing: Bekerja Bersama dalam Kelompok
Performing. Tahapan ini merupakan titik kulminasi dimana Kelompok sudah berhasil membangun system yang memungkinkannya untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan kelompok akan terlihat dari prestasi/ kinerja yang ditunjukkan.
Penelitian Robert Zajonc:
Respon dominan : fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai Respon nondominan :fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai
Penyebab fasilitasi sosial:
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses
Penelitian Robert Zajonc:
Respon dominan : fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai Respon nondominan :fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai
Penyebab fasilitasi sosial:
- adanya dorongan
- kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
- distraksi (perhatian yang terpecah)
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan
tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses
Norming : Pembentukan Struktur kelompok
Tahapan Norming : Pembentukan Struktur Kelompok
Adapun Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Ada definisi-definisi lainnya, yaitu :
Perbedaan peran :
Teori 3 dimensi peran :
Konflik peran :
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan-
tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok. Dengan berkembangnya norma, memungkinkan anggota kelompok membedakan status dan hirarki otoritas anggota-anggota kelompok. Kecenderungan untuk mengorganisasikan berdasarkan perbedaan status ini dapat berbeda-beda antara organisasi yang satu dengan yang lainnya.
Hubungan antar anggota
→ otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi
Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005
Adapun Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Ada definisi-definisi lainnya, yaitu :
- Peran (role), adalah fungsi-fungsi yang ditampilkan seseorang yang mengemban posisi tertentu di dalam konteks tertentu.
- Harapan akan peran : asumsi tentang perilaku seseorang yang menjalankan peran tertentu
- Diferensiasi peran : proses muncul dan berkembangnya bermacam-macam peran melaluli perjalanan interaksi kelompok (Forsyth, 1983).
Perbedaan peran :
- Task roles → tugas, setiap individu tahu tugasnya masing-masing.
- Socioemotional roles → sosioemosi yang memepengaruhi sosial emosi pada seseorang.
Teori 3 dimensi peran :
- dominance – submission
- friendly – unfriendly
- instrumentally controlled – emotionally eupressive
Konflik peran :
- interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
- intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan-
tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok. Dengan berkembangnya norma, memungkinkan anggota kelompok membedakan status dan hirarki otoritas anggota-anggota kelompok. Kecenderungan untuk mengorganisasikan berdasarkan perbedaan status ini dapat berbeda-beda antara organisasi yang satu dengan yang lainnya.
Hubungan antar anggota
→ otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi
Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005
Subscribe to:
Posts (Atom)